November 05, 2007

tuhan gombal

Jangan katakan kau tak merindukan tuhan. Jangan gombali aku sebab aku juga manusia seperti kau yang pasti merindukan tuhan. Kausebut apa perjalanan kita ini, yang tanpa batas telah kita susuri, sepanjang lorong gelap dan jalanan sunyi. Kausebut apa kebodohan kita ini, yang karena kelelahan lalu mengaso tapi melanjutkan perjalanan lagi, lalu mengaso lagi dan kemudian tertatih menjemput mati.

Aku lelah, kau lelah. Kita dua gombal yang lelah.

Aku tak sanggup lagi berjalan. Maka kutelanjangi diriku, kukuliti lapisan demi lapisan, berharap menemukan tuhan sebagai inti. Takkan kumaafkan diriku bila yang kucari sesungguhnya tak pernah pergi, tak berjarak dariku, bahkan berasal dari diriku sendiri. Tapi yang kugenggam pada akhirnya hanya kehampaan, aku kosong tak berisi. Ternyata tuhan pun tidak disini.

Sekarang aku tak tega pada diriku sendiri yang begitu dahaga mencari hingga tubuhku kelojotan menagih obatnya. Kucoba berdamai, kuakui saja sosoknya, kuciptakan dan kubingkai lalu kusuntikkan dalam jalan darahku biar mengalir ke seluruh tubuhku.

"Untuk sementara saja", pikirku

Kuboyong tuhanku dengan kikuk dan ragu, malu-malu kukatakan padamu, "Eh maaf, kenalkan... ini tuhanku." Lalu kau ikut-ikutan kikuk dan ragu, malu-malu mengatakan padaku, "Eh maaf, aku suka sekali sama tuhanmu. Bagaimana kalau tuhanmu ini jadi tuhanku juga, tuhan kita berdua?"

Maka aku memelukmu. Lalu kita berpelukan lagi dan berpelukan lagi. Aku jadi ingin terus berpelukan, bukan cuma denganmu, tapi dengan siapa saja.

Tidak ada komentar: