Mei 07, 2008

tuhan anonymous

Kita merasa terpenjara bila tak mengenal tuhan. Namun sesungguhnya kita lebih terpenjara bila 'merasa' telah mengenal tuhan. Siapakah tuhan yang kau sebut-sebut itu?

Tuhan sejati adalah tuhan yang anonymous. Seperti ketika kau berjumpa seorang gadis manis dalam perjalanan, lalu berpisah tanpa mengetahui namanya. Dalam mimpi-mimpimu kau melihat wajahnya, namun bibirmu kelu saat hendak memanggil namanya, gadis pujaanmu yang anonymous.

Maka kauputuskan sebuah nama sesuai imajinasimu tentangnya. Demikianlah rasanya terbebas dari penjara kata.

2 komentar:

Asep K. Kusumah mengatakan...

Itulah yang dimaksud Tuhan anggapan, sesuatu yang disangka sebagai Tuhan. Bahaya. Samar dan menysatkan.

Dia adalah Dzat Yang Dia sendiri menamakan diriNya Allah, manusia menyebutnya Tuhan, God dsb. Mustahil muncul di permukaan bumi namun terasa nyata kehadiranNya dalam rasa hati. Sangat dekat. Tak ada yang menyamaiNya. DzatNya berada di dalam dada orang mu'min yang hatinya mantap lembut dan tenang.

Jika seseorang (dengan ilmu yang benar/ilmu kenabian dan guru yang asli pewaris kenabian) dapat membuktikan sendiri bahwa sejatinya segala apa yang nampak, yang dirasa oleh indera, yang dimiliki dan diangankan sesungguhnya tidak ada, maka yang Ada adalah Dia. (makna kalimat nafi Laa illaha)

Jika seseorang merasakan sendiri mati sebelum mati, maka yang sejatinya Hidup dan kekal adalah Dia. (makna kalimat itsbat Illallah. Penjabaran dari kalimat Laa illaha illallah)

Anonim mengatakan...

Justru itulah maksud penulis pak. Kalau saya tidak salah 'rasa', penulis bermaksud mengungkapkan betapa sebuah nama bagi Tuhan tidak dapat mengidentifikasikan Beliau, justru malah membatasi kebesaran Beliau ( karena kalau diidentifikasikan atau didefinisikan, tidak ada kata2 yang cukup untuk mendefinisikannya ).
Beliau lebih besar dari Maha Besar, lebih Esa dari Maha Esa, dst. Karena segala definisi tersebut hanya bisa ditangkap oleh otak (yang kemampuannya sangat terbatas), begitu kita me'rasa'kannya di dalam hati (seperti yang bapak katakan), jelas sekali definisi2 tersebut terasa jauuuuuuh sekali lebih tidak berarti daripada 'kenyataan'nya.
Lebih jelas lagi ketika bapak mengatakan seseorang merasakan sendiri mati sebelum mati, maka yang sejatinya Hidup dan Kekal adalah Dia.
Saya rasa penulis dan bapak punya kesepahaman konsep, hanya cara penyampaiannya saja yang berbeda.